Kota Bandung merupakan
kota metropolitan terbesar di
Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi
ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara
Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di
Indonesia setelah
Jakarta dan
Surabaya
menurut jumlah penduduk. Selain itu, Kota Bandung juga merupakan kota
terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung
Raya (
Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jabodetabek dan
Gerbangkertosusila (
Gerbangkertosusilo).
Di kota ini tercatat berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat berdirinya sebuah
perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (
Technische Hoogeschool te Bandoeng -
TH Bandung, sekarang
Institut Teknologi Bandung -
ITB)
[2], lokasi ajang pertempuran pada masa
kemerdekaan[3], serta pernah menjadi tempat berlangsungnya
Konferensi Asia-Afrika 1955,
[4] suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti
kolonialisme, bahkan
Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.
[5]
Pada tahun
1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu
kota paling aman di dunia berdasarkan survei majalah
Time.
[6]
Kota
kembang
merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini
dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang
tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan
Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan
mall dan
factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun
2007,
British Council menjadikan kota Bandung sebagai
pilot project kota terkreatif se-
Asia Timur.
[7] Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama
pariwisata dan
pendidikan.
Geografis
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa,
[8]
secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa
Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut,
dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian
1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan
rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu
Sungai Cikapundung dan
Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di
Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada
musim hujan.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya
terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil
letusan
Gunung Tangkuban Parahu.
Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu
juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian
selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan
bahan endapan tanah liat.
Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang
lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata
200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.
[9]
Sejarah
Kata
Bandung berasal dari kata
bendung atau
bendungan karena terbendungnya
sungai Citarum oleh
lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama
Bandung diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut
perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung,
R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari
Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di
Dayeuhkolot.
Berdasarkan filosofi Sunda, kata
Bandung juga berasal dari kalimat
Nga-Bandung-an Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran Sunda.
Nga-Bandung-an artinya menyaksikan atau bersaksi.
Banda adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati. Sinonim dari
banda adalah harta.
Indung berarti
Ibu atau Bumi, disebut juga sebagai
Ibu Pertiwi tempat
Banda berada.
Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai
Banda. Segala sesuatu yang berada di alam hidup adalah
Banda Indung,
yaitu Bumi, air, tanah, api, tumbuhan, hewan, manusia dan segala isi
perut bumi. Langit yang berada di luar atmosfir adalah tempat yang
menyaksikan,
Nu Nga-Bandung-an. Yang disebut sebagai
Wasa atau
SangHyang Wisesa,
yang berkuasa di langit tanpa batas dan seluruh alam semesta termasuk
Bumi. Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam tempat
segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu
Pertiwi yang keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.
Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh
pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang
merupakan sebuah telaga atau danau. Legenda
Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan bagaimana terbentuknya
Gunung Tangkuban Perahu,
lalu bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan
cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda
tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama
Sangkyang Tikoro.
Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah
Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat
berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk
permukiman.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan permukiman sejak pemerintahan kolonial
Hindia Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu
Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal
25 September 1810
tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian
hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status
gemeente (kota) dari
Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal
1 April 1906[11] dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha pada tahun
1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.
[12]
Pada masa perang kemerdekaan, pada
24 Maret 1946,
sebagian kota ini dibakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian
dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan
Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu
Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada tanggal
18 April 1955 di
Gedung Merdeka yang dahulu bernama
Concordia, Jl. Asia Afrika, sekarang, berseberangan dengan
Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya
Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali
KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada
19 April-
24 April 2005.
Pada tanggal
24 April 2015,
Konferensi Asia-Afrika kembali diadakan di kota ini setelah tanggal
20 April-
23 April 2015 berlangsung di
Jakarta.
Pemerintahan
Dalam administrasi
pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh
wali kota. Sejak
2008, penduduk kota ini langsung memilih wali kota beserta wakilnya dalam
pilkada, sedangkan sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya.
Sesuai konstitusi yang berlaku DPRD Kota Bandung merupakan
representasi dari perwakilan rakyat. Pada Pemilu Legislatif 2014 anggota
DPRD kota Bandung adalah 50 orang, yang kemudian tersusun atas
perwakilan sembilan partai.
Wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 30
kecamatan dan 151
kelurahan:
- Andir
- Antapani
- Arcamanik
- Astanaanyar
- Babakanciparay
- Bandung Kidul
- Bandung Kulon
- Bandung Wetan
- Batununggal
- Bojongloa Kaler
- Bojongloa Kidul
- Buahbatu
- Cibeunying Kaler
- Cibeunying Kidul
- Cibiru
- Cicendo
- Cidadap
- Cinambo
- Coblong
- Gedebage
- Kiaracondong
- Lengkong
- Mandalajati
- Panyileukan
- Rancasari
- Regol
- Sukajadi
- Sukasari
- Sumurbandung
- Ujungberung
Kependudukan
Tahun |
Jumlah penduduk |
1941 |
226.877 |
1950 |
644.475 |
2005 |
2.315.895 |
2006 |
2.340.624 |
2007 |
2.364.312 |
2008 |
2.390.120 |
Sejarah kependudukan kota Bandung
Sumber:[14] |
Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi oleh etnis
Sunda, sedangkan etnis
Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya.
Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi
Kereta api yang dibangun sekitar tahun
1880 yang menghubungkan kota ini dengan
Jakarta (sebelumnya bernama
Batavia).
[11] Pada tahun
1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini
[15] kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan
Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah di mana pada tahun
1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.
[16]
Pariwisata dan Budaya
Sejak dibukanya
Jalan Tol Cipularang, kota Bandung telah menjadi tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal dari
Jakarta
sekitarnya. Selain menjadi kota wisata belanja, kota Bandung juga
dikenal dengan sejumlah besar bangunan lama berarsitektur peninggalan
Belanda.
Diantaranya
Gedung Sate sekarang berfungsi sebagai kantor pemerintah provinsi Jawa Barat,
Gedung Pakuan yang sekarang menjadi tempat tinggal resmi
gubernur provinsi Jawa Barat,
Gedung Dwi Warna atau
Indische Pensioenfonds sekarang digunakan oleh
Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk Kantor Wilayah XII Ditjen Pembendaharaan Bandung
[39],
Villa Isola sekarang digunakan
Universitas Pendidikan Indonesia,
Stasiun Hall atau
Stasiun Bandung dan
Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung.
Kota Bandung juga memiliki beberapa ruang publik seni seperti museum, gedung pertunjukan dan galeri diantaranya
Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun
1955,
[40] Museum Sri Baduga, yang didirikan pada tahun
1974 dengan menggunakan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega,
[41] Museum Geologi Bandung,
Museum Wangsit Mandala Siliwangi,
Museum Barli,
Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan,
Gedung Indonesia Menggugat dahulunya menjadi tempat
Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya yang fenomenal (Indonesia Menggugat) pada masa penjajahan
Belanda,
Taman Budaya Jawa Barat (TBJB) dan
Rumentang Siang.
Kota ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai
paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini.
Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat diminati oleh masyarakat terutama pada saat hari
minggu maupun libur sekolah,
kebun binatang ini diresmikan pada tahun
1933 oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda dan sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari.
[42]
Selain itu beberapa kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun
factory outlet juga tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan
Jalan Braga,
kawasan Cihampelas, Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah
dengan pedagang tekstilnya. Puluhan pusat perbelanjaan sudah tersebar
di kota Bandung, beberapa di antaranya
Istana Plaza Bandung,
Bandung Indah Plaza,
Paris Van Java Mall,
Cihampelas Walk,
Trans Studio Mall,
Bandung Trade Center,
Plaza Parahyangan,
Balubur Town Square, dan
Metro Trade Centre. Terdapat juga pusat rekreasi modern dengan berbagai wahana seperti
Trans Studio Resort Bandung,
Trans Studio Bandung, yang terletak pada lokasi yang sama dengan
Trans Studio Mall.
Sementara beberapa kawasan pasar tradisional yang cukup terkenal di
kota ini diantaranya Pasar Baru, Pasar Gedebage dan Pasar Andir. Potensi
kuliner khususnya tutug oncom, serabi, pepes, dan colenak juga terus berkembang di kota ini.
[43] Selain itu
Cireng juga telah menjadi sajian makanan khas Bandung, sementara
Peuyeum sejenis
tapai yang dibuat dari singkong yang di
fermentasi, secara luas juga dikenal oleh masyarakat di
pulau Jawa.
Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan
sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah
didirikan dalam memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut,
diantaranya
Monumen Perjuangan Jawa Barat,
Monumen Bandung Lautan Api,
Monumen Penjara Banceuy,
Monumen Kereta Api dan
Taman Makam Pahlawan Cikutra.
Teriama kasih
Artikel Tentang Kota Bandung
1 komentar: